Antara Ridha Dan Pasrah

Gelap masih menyelimuti lelap, bergelayut manja di pelupuk mata.Hening, diselingi dengkuran halus yang silih berganti mengisi sunyi.Masih disini, di depan PC yang bisu berteman setiap hari dengan dunia maya.
Masih terbuai dalam hipnotis monitor komputer, mata masih kuat terjaga.Yaa...masih disini bertahan dalam hidup jauh dari orang - orang yang gue sayangin.Masih terlintas dan terbayang si kecil dan masih terasa di badan gue saat dia menggelayuti tubuh ini karena kangen dua hari ga ketemu cuman via hape aje.( hiks..i miss u son )
Apa yang gw jalanin sekarang ini adalah antara RIDHA dan PASRAH, dengan ketentuan sang Kholik.Ketika sesuatu yang gak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha.
jadi disini berarti ridha menuntut adanya usaha aktif. beda ama sikap pasrah yang nerima kenyataan gitu aja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam ridha terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah, menerima dengan lapang dada suatu perkara, namun dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang dipengenin atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit.
akhirnya gw sadar, diantara sarana yang dapat menangkis kesedihan dan keguncangan hati adalah putusnya pikiran sepenuhnya untuk memberikan perhatian kepada pekerjaan hari ini yang sedang dihadapinya alias gak konsen dan menghentikan pikiran dari menoleh jauh ke waktu mendatang dari kesedihan menengok masa lampau.
Sedikit gw kutip dari sebuah artikel yang gw baca :
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi segala kejadian dua bagian:
Bagian pertama:
Adalah hal yang dimungkinkan seorang hamba berupaya meraihnya atau meraih yang mungkin darinya, atau hal dimungkinkan ia menangkisnya atau meringankannya. Disini seorang hamba harus memunculkan daya upaya seiring memohon pertolongan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sesembahannya.
Bagian kedua:
Adalah hal yang tidak dimungkinkan ia melakukan itu semua. Di sini seorang hamba harus tenang, ridha dan pasrah.
Insya Allah prinsip ini merupakan sarana menuju kesenangan hati dan hilangnya kegelisahan maupun kegundahan dalam hidup kita.
Andaikata kita, selalu terbenam dalam tindakan yang salah nyikapinnya, maka betapa terbayangkan hari-hari akan berlalu penuh kekecewaan, penyesalan, keluh kesah, kedongkolan dengan hati yang galau. Sungguh rugi, padahal hidup ini hanya sekali dan kejadian tak diduga pun pasti akan terjadi lagi.
bahwa kite punya rencana dan Allah swt.pun punya rencana. Dan yang pasti terjadi adalah apa yang menjadi rencana Allah swt. Yang lebih seru dan lucu lagi disini adalah yaitu kita sering marah dan kecewa dengan suatu kejadian, namun setelah waktu berlalu ternyata kejadian tersebut begitu menguntungkan, membawa hikmah yang sangat besar dan sangat bermanfaat, jauh lebih baik dari apa yang diharapkan sebelumnye.( ehem...dari pengalaman aje sih neeh..)
Siap menghadapi apa pun yang akan terjadi. Kalo udah terjadi, satu-satunya langkah awal yang harus dilakukan adalah mengolah hati kita agar ridha / rela akan kenyataan yang ada. Kenape hayoo? Karena walaupun hati kita dongkol, uring-uringan dan kecewa berat tetap aja kenyataan itu harus terjadi. Pendek kata, ridha ato gak, kejadian itu tetap udah terjadi. Maka lebih baik hati kita ridha aja menerimanya.
Wahai tuhan yang membolak balikkan hati
tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu
sebagai hamba yang daif aku ridha,
sadar dan insaf atas setiap apa yang telah Engkau suratkan buatku
hikmahMu ada dalam tiada
dapat dirasa dalam sengsara
dapat dikecap manisnya rasa
walau tidak pasti arah tujuannya
kutahu semuanya akan kembali kepada-Mu
" Keluh kesah gue diruangan ini dan malam ini "