Jumat, 07 November 2008

*** DIA ***

. Jumat, 07 November 2008

hmmm.....Anggap gw punya teman imajinasi…Tulisan ini menceritakan tentang dia menurut pikiran pribadi gw……

Dia adalah perempuan biasa yang dilumuri cacat dan khilaf. Dia masih belajar untuk berlari walaupun berulang kali tersandung sana sini. Dia adalah perempuan biasa yang setiap hari menyuarakan semangat pagi ke jiwanya dan orang-orang terdekatnya. Semangat pagi di kala siang, sore, dan malam. Semangat untuk menuju ke perubahan yang lebih baik, katanya.
Dulu waktu pertama ketemu, gw sempet mikir juga Cara berpakaian dan dandanannya kok gini ya….., “Biasa” banget n nothing special Rambut udah panjang, dikeriting lagi pernah gw pas malem2 ngeliat dia, wuih gw kirain kuntilanak, Udah rambut kagak diiket lagi, serem…

Setiap manusia memiliki kekurangan, pun dia sadari ini. Kekurangannya pun tak terhingga banyaknya hingga nyaris setiap saat air mata itu jatuh perlahan. Oh iya, perempuan kan sensitif. Sensitif untuk menangis, menikmati emosinya (secara sadar ataupun tidak) - bahkan pada saat menangis itu, ia pun menikmatinya ( gw kalo dah nangis dan cerita sama lu udah lega...katanya dikala itu ). dan ada sensasi indah yang ia rasakan saat merasakan kelemahannya, ujarnya singkat waktu itu.

Dia adalah perempuan yang lemah, akunya. Gak ada perdebatan untuk itu. Mereka yang berada di sekelilingnya terkadang dapat melihat hal itu dengan jelas, karena tanpa sadar ia lengah - menunjukkan kelemahannya. Itulah khilafnya. Itulah cacatnya. Sebaliknya, sebagian mereka lagi melihatnya sebagai sosok yang tegar dan kuat kadang juga terkesan sombong. Mungkin itu topengnya, untuk menutupi kelemahannya. Bisa aja kan?

Rindunya kepada mereka yang terdekat adalah dalam dan pekat, seperti lembah yang gak dapat ditembus oleh setitik sinar pun. Terkadang peristiwa dan kejadian mengharuskannya untuk bergegas menghapus peluh dan kembali menyuarakan semangat dalam dirinya. Padahal mereka yang terdekat adalah segelintir orang yang dapat memberikannya “nafas”. Setidaknya nafas untuk mencinta.

Ah, bercanda aja deh. selalu bercanda kalo ditanya ga pernah serius. Tapi sekali dia memberikan sikap serius sama gue tatapan matanya penuh dengan arti dan dia hanya tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke langit-langit diruangan ini. Dia merasakan hal itu dengan sangat nyata. Tapi udah gak jadi masalah, katanya lugas. Rindu itu adalah percikan-percikan cinta. Artinya aku mencintai mereka, katanya lagi dengan tersenyum.

Lalu lelaki?, tanya gw singkat.

Mereka ada diluar sana. Biarin aja, gak usah dilihat. Biarin mereka menilai, berpikir dan memutuskan. Yang jelas, kalo elang gak datang, kutunggu merpati yang gak pernah ingkar. katanya mengakhiri pembicaraan kami.

Tadi dia duduk disamping gue dan separuh badannya terkulai lemas.

Ingatkan aku, besok harus berkata semangat dalam hidup ini tentang semuanya.

Lalu ia menutup mata dan menikmati pertemuan dan obrolan kami ini.


0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

perlu kritikan silahkan isi disini ya

 

lorem ipsum 8

lorem ipsum 9

YOUR BLOG TITLE is proudly powered by o-om.com | Modif by BLOG SulthanYusuf