Padahal gue dulu gak akrab sama yang namanya tombol tombol keyboard, "mereka jelek, nyembul nyembul" pikir gue..
Gue bertemu dengan lu, dan perasaan gue gak cuman nyantol, tapi kesedot, kemudian menempel pada wajah lu, Gue jatuh cinta sama lu..
Kata kata gue selalu beterbangan dari belahan otak saat ada lu, padahal lu selalu ada di kelopak mata ini, malah, kadang melorot ke mata, hingga gue gak bisa membedakan melek sama merem, karena lu selalu ada disitu. Maka sepanjang itulah kata kata gue. Untuk lu seorang.....
Dan gue bingung, apakah lu menghibur atau mengganggu gue? Karena gue bisa menangis dan tertawa bersamaan dengan elu, elu, eLU !! Selalu ELU..
Gue bersyair tiap lu bertemu mata ini , atau tepatnya mata gw nemuin lu..
Gue butuh tempat, memuntahkan rasa ini sama lu, tapi gak bisa pada siapapun, gak ada yang rela dan resmi menyerahkan telinganya buat dengar semua ocehan gw. Gw butuh keranjang. Untuk kata kata gw. Buat elu..
Kemudian..
Gue menangis. Overload. -mungkin- Sendiri. Dengan alunan mendayu lagu-lagu dari winamp. “ternyata cinta” dari sang padi, berlanjut “tak bisa jauh” yang seharusnya slenge’an dari slank, namun kali ini menggenjot mata gue muncrat air lebih, menyembur. Air itu mengalir, deras. Dan gue sebagai arung jeram diatasnya, sepanjang dua lagu yang menyakitkan tapi nikmat. Karena ada elu disitu..
Gue dekati monitor, dan air mata mampat. Tersumbat. Kran ditutup. Bendungan dibangun. Bertuliskan “air mata: STOP!”. - gue melihat monitor gue tersenyum-
Padahal gue berniat membelah layar monitor itu dengan pisau roti, seperti merayakan ulang tahun.
Kemudian..
Keyboard memberi salam perhatian sama gue, “kenapa menangis?” Katanya dengan lembut. Hampir selembut nada ( Alm ) ibu saat gue tersandung dan berdarah dilutut saat gue kecil..
Lalu jemari ini menjawab, “karena dia..”, berganti mouse menatap peduli pada air mata yang mulai mengering dipipi , “dia jahat sekali bikin lu menangis” tuturnya, tampak seperti ia yang merasakan sakit yang sedang gw rasakan..
Lalu telunjuk gue menari dan berbunyi, “dia gak tahu apa apa, otak gue aja yang jahat”, sontak monitor yang sedari tadi hanya memandang menimbulkan noise, “maksudnya?”, sepertinya ia benar gak tahu, tapi ia menampakkan rasa -yang sepertinya- ingin membantu -atau mungkin hanya ingin tahu, gak apa-apa, ia baik, cuma gak tahu-..
Kemudian..
Gue bercerita pada mereka, lengkap dengan sang pengalun, lagu-lagu dari winamp. Tapi kali ini ia gak bikin gue mewek lagi. Hanya mendampingi. Turut mendengarkan. -sepertinya-
Gue berkata ini dan itu. Tentang ELU. Gue berujar dulu dan nanti. Tentang lu juga. Gue menggumam baik dan buruk. Masih tentang elu, elu, ELU! Selalu elu..
Karena elu memenuhi ini semua. Bukan salah gue. Salah gue karena lu terlalu tepat untuk puzzle hati ini. Salahlu! Elu! -tapi gue suka, itu yang paling penting, bukan?-
Kemudian..
Tanpa terasa. Semua membuyar dari kepala gue. Kata kata yang menyumbat pipa pikiran ini sudah plong. Lega rasanya. Syair syair telah mencair. tulisan-tulisan sudah lewat, dari saluran pemikiran gue, kini gue lancar..
Kemudian..
Besoknya gue ulangi lagi. Karena gue teringat lu lagi. Karena gue punya tulisan lagi buat elu. Pun lusa. Pun esoknya lusa. Seterusnya..
Gue semakin rukun dengan komplotan komponen elektronik tersusun berjudul KOMPUTER....
Ternyata mereka baik sekali, sangat baik. Mereka menjadi keranjang buat gue, tapi bukan keranjang sampah, karena tulisan ini cuma buat lu adalah cinta gue untuk lu. Mereka adalah keranjang hias buat gue, dan tulisan gue adalah penghiasnya, berwarna warni, indah. Karena ada lu disitu..
Kemudian..
Gue jadi rajin menulis karena elu.....
0 komentar:
Posting Komentar
perlu kritikan silahkan isi disini ya