Saya melakukan hal ini karena dia juga bersikap seperti itu kepada saya. Okelah
kalau kebaikan dibalas dengan kebaikan lagi. Rasanya gampang banget, dan
akan semakin memberi manfaat yang positif. Juga tentu akan membuat hidup
ini jadi indah, harmonis, dan menyenangkan. Tapi kalo kita juga punya prinsip
membalas sebuah kejahatan dengan kejahatan, apakah hati dan pikiran
kita menjadi tenang, apakah kehidupan itu akan menjadi lebih baik dan
indah? Bukankah itu berarti kita sama aja dengan mereka yang melakukan
kejahatan tersebut?
Betapa saya sering sekali punya pikiran untuk membalas kejahatan orang
lain dengan kejahatan pula. Bahkan mungkin kita niatkan balasan kita itu
akan lebih menyakitkan, lebih sadis, dsb.
Mungkin gak terucap, tapi bila
niat itu sudah terpatri dalam hati, maka hal ini pun sudah tercatat oleh para
malaikat Allah SWT. Niat tentu akan mempengaruhi tindakan kita.
Selanjutnya, tindakan kita pun jadi “berbeda”, seperti mengucilkan, menjauhi,
bahkan memusuhi. Mungkinkah kejahatan/kesalahan orang lain bisa kita respon
(kita balas) dengan tindakan yang positif, kebaikan dan doa?
Harus kita usahakan demikian!
Mengapa? Semua tentu kita meneladani Rasulullah. Rasulullah yang dilempari
orang-orang kampung hingga berdarah-darah, pun gak membalas dengan yang
bersifat menyakiti orang lain. Beliau justru menghalangi malaikat yang sudah
siap menimpakan bukit besar ke kaum yang menyakiti Rasulullah. Bukan hanya itu,
beliau malah mendoakan kaum itu. Rasulullah pernah menjenguk orang non muslim
yang sakit walaupun orang tersebut sering meludahinya. Rasulullah juga menyuapi
pengemis buta yang sering mengumpat dan memfitnah beliau.
Bila ada orang lain yang berbeda
pendapat dengan kita, lalu menyampaikan kritik pedas dan keukeuh dalam
pendiriannya, terkadang kita merasa gemas, pengen
meledak, bahkan pengen memukuli atau menyerang dia. Kita jadi menjaga jarak dan
“memusuhi” dia. Dan semakin berseberanganlah pandangan kita dengannya. Padahal
bila diperlakukan sebagaimana Rasulullah memperlakukan orang-orang yang
mencela, memfitnah, mencaci-maki, meludahi, bahkan melempari beliau dengan
batu, dengan respon tetap menghargai, tetap sopan, dan bahkan mendoakan demi
kebaikan dia, tentu hasilnya akan lain.
Meskipun adalah MUSTAHIL seseorang
bisa menyamai sifat Rasulullah, paling gak kita harus berupaya sekuat dan
semampu mungkin untuk meneladaninya. Kita perlu terus menerus terpacu
dengan keteladanan Rasulullah dan terus saling menasihati orang lain untuk meneladani
sikap mulia Rasulullah tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar
perlu kritikan silahkan isi disini ya