Bukan…bukan…!
Sumpah bukan!
Gue bukan orang yang sabar. Seenggaknya kurang sabar dan gak sabaran. Tapi kali ini gue mengajak diri gue untuk belajar tentang sabar.
Ketika seorang teman bercerita tentang cintanya yang kandas di rerumputan *halah, ebiet banget!*, gue bilang padanya, “Sabar ya, friend…”, tapi sejurus kemudian gue tersadar dan sebuah pertanyaan konyol muncul di kepala, “apakah sabar itu setelah cintanya kandas, atau ini akibat ketidaksabarannya ketika akan/sedang menjalin cinta?”( gubraaak....)
Lho, masa jadian kudu sabar dulu?
gue pikir sih begitu.
Sabar sebelum jadian, sebelum menikah atau sebelum melakukan suatu hal, berarti mempertimbangkan segala sesuatunya, membuat perhitungan matang. Menyiapkan diri, lahir dan batin. gak hanya tergesa-gesa mengambil keputusan.
Sabar adalah menakar ukuran air yang tepat untuk seukuran beras ke dalam panci sebelum dimasak. Sabar dalam memasak adalah menyalakan api dengan nyala yang sedang, gak kekecilan dan gak kebesaran hingga nasi jadi kerak atau gosong.
lho kok jadi kayak acara masa memasak yaa.....:D
Lalu bila karena satu dan lain hal —misalnya ternyata berasnya jenis yang lembek dan air ukuran biasa aja sudah kebanyakan, atau karena buru-buru asal tuang air aja— beras yang dimasak bukan jadi nasi tapi malah jadi bubur ( huahauauha ), maka sabar adalah berupaya mengolah bubur hambar menjadi bubur ayam yang nikmat. Menambahkan bumbu dan garam, suwiran ayam dan emping mlinjo. Yuuummy deh!. Bubur beras tetap dapat dinikmati, bikin kenyang dan setidaknya belajar tentang suatu hal yaitu: setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Dan orang bijak telah mengajarikita bahwa salah bukan jadi masalah, selama mau bangkit dan belajar dari kesalahan, sebab keledai saja tidak mau jatuh pada lubang yang sama.
Ah, ribet amat sih. Gue gak bisa masak! praktisan juga beli di warteg atau nasi padang.
Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, terus jadian dan membangun hubungan, dibutuhin lagi kesabaran yang cukup untuk ngejalaninnya. Seberapa besar kesabaran yang dibutuhkan akan sebanding dengan sebesar apa tujuan awal membina hubungan. Kalau asal jatuh cinta aja N pengen jadian (hanya pengen punya pacar atau terbebas dari status jomblo) maka putarannya akan berhenti pada waktu yang singkat. Bila gak sabar ngadepin pasangan dengan kekurangan di sana-sini, nggak sabar menambal kebocoran hubungan, gak sabar ngadepini tantangan sama hambatan, nggak teguh menaklukkan badai dan gelombang maka percaya deh, kapal yang kalian tumpangi mungkin akan karam dalam hitungan bulan.
Tapi bila memang gak ada lagi yang bisa dipertahankan, ya jangan konyol dengan membiarkan diri tenggelam bulat-bulat, apalagi jadi santapan hiu( hiiiiii....). Itu sih bukan sabar namanya, tapi konyol!. Pengalaman adalah pelajaran paling berharga, dan nakhoda ulung tidak lahir di lautan dangkal.
Siapkan kesabaran untuk memulai siklus dari awal. Sabar menanti waktu yang tepat, sabar memilih pasangan, sabar memahaminya, sabar sebelum mengambil keputusan, sabar dalam menjalani keputusan untuk membina hubungan, sabar dalam kebahagiaan dan sukacita, sabar menghadapi masalah, sabar dalam memahami, sabar menerima segala konsekuensi, sabar bila akan mengakhiri atau memutuskan hubungan, sabar dalam menata hati dan perasaan, sabar menghadapi dukacita, sabar untuk tak henti belajar dari kehidupan, dan sabar untuk bangkit dan membenahi diri, dan seterusnya. Sebab kehidupan adalah siklus yang akan berulang, sampai tarikan nafas berakhir.
*Salut deh, lu termasuk orang yang sabar kalo membaca tulisan ini sampai tuntas.......:D*
buat Lukman Azis...Sabar ya Mas.....:D
0 komentar:
Posting Komentar
perlu kritikan silahkan isi disini ya